Jumat, 30 Mei 2014

Analisis Sumber Dana Dan Penggunaan Modal Kerja

Diposting oleh Rahmah Fajriyah SA di 07.32
Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Pengertian Modal Kerja

Pada laporan tahunan perusahaan, modal kerja didefinisikan sebagai aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar. Jhon Fred Weston dan Thomas E.Copeland (1996 : 327) menjelaskan bahwa modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai, surat berharga, piutang dan persediaan, dikurangi dengan kewajiban lancar yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar.

Menurut Munawir S (1995 : 114), ada tiga konsep atau definisi modal kerja yang umum dipergunakan ), yaitu:

1.Konsep kuantitatif

Konsep ini Menitik beratkan kepada kuantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin atau menunjukkan jumlah dana yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar.
Konsep ini tidak mementingkan kualitas dari modal kerja, apakah modal kerja dibiayai para pemilik, hutang jangka pendek, sehingga dengan modal kerja yang besar tidak apat mencerminkan tingkat keamanan para kreditur jangka pendek yang besar juga. Bahkan menurut konsep ini dengan adanya modal kerja yang besar tidak menjamin kelangsungan operasi yang akan datang, serta tidak mencerminkan likuiditas perusahaan yang bersangkutan.

2.Konsep Kualitatif

Konsep ini menitik beratkan pada kualitas modal kerja, pengertian modal kerja dalam konsep ini adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang lancar. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar dari hutang lancar dan menunjukkan pula tingkat keamanan bagi para kreditur jangka pendek, serta menjamin kelangsungan operasi dimasa mendatang dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman jangka pendek dengan jaminan lainnya.

3.Konsep Fungsional

Konsep ini menitik beratkan pada fungsi dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan. Pada dasarnya dana yang dimiliki oleh perusahaan sepenuhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba, ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Misalnya bangunan, pabrik, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya.

Ada 2 konsep utama modal kerja menurut James C. Van Horn dan John M. Wachowicz, Jr. (1997 : 214) yaitu :

1.Modal Kerja Bersih, yaitu perbedaan jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Konsep ini merupakan ukuran sejauh mana perusahaan dilindungi dari masalah likuiditas.
2.Modal Kerja Kotor, yaitu Investasi perusahaan dalam aktiva lancar (seperti kas, sekuritas, piutang, dan persediaan).

Jenis-jenis Modal Kerja

Modal kerja merupakan kekayaan yang diperlukan oleh perusahaan untuk menyelenggarakan kegiatan perusahaan sehari-hari. Modal kerja ini akan selalu berputar sedangkan aktiva lancar yang umumnya akan menjadi uang kas dalam suatu periode akuntansi.

menurut W.B. Taylor (1995 : 61), jenis-jenis modal kerja dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu:

1.Modal Kerja Permanen, yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
* Modal Kerja Primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.
* Modal Kerja Normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.

2. Modal Kerja Variabel, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan sesuai perubahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara:
* Modal Kerja Musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
* Modal Kerja Siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan Karena fluktuasi konjungsi.

3.Modal Kerja Darurat, yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan ekonomi mendadak).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja

Modal kerja yang cukup memang sangat penting bagi suatu perusahaan. Menurut Munawir S (1995 : 117) untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup oleh suatu perusahaan bukanlah hal yang mudah. Karena modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan tergantung atau dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:

1.Sifat atau tipe dari perusahaan
Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relatif akan lebih rendah bila dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja perusahaan industri, karena untuk perusahaan jasa tidak memerlukan investasi yang besar dalam kas, piutang maupun persediaan. Kebutuhan uang tunai untuk membayar pegawainya maupun untuk membiayai operasinya dapat dipenuhi dari penghasilan atau penerimaan-penerimaan saat itu juga, sedangkan piutang biasanya dapat ditagih dalam waktu yang relatif pendek. Sifat dari perusahaan jasa biasanya memiliki atau harus menginvestasikan modal-modalnya sebagian besar pada aktiva tetap yang digunakan untuk memberikan pelayanan atau jasanya kepada masyarakat.
Sedangkan untuk perusahaan industri, keadaan sangatlah ekstrim karena perusahaan industri harus mengadakan investasi yang cukup besar dalam aktiva lancar agar perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam operasinya sehari-hari.

2.Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga persatuan barang tersebut.
Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual maupun bahan dasar yang akan diproduksi sampai barang tersebut dijual. Karena semakin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang tersebut semakin besar pula modal kerja yang dibutuhkan. Disamping itu pokok persatuan barang untuk mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan.

3.Syarat pembelian bahan atau barang dagang
Syarat pembelian barang dagangan atau bahan dasar yang akan dibutuhkan untuk memproduksi barang sangat mempengaruhi jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Jika syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian yang menguntungkan, semakin sedikit uang kas yang harus diinvestasikan dalam persediaan bahan atau barang dagangan, sebaliknya bila pembayaran atas bahan atau barang yang dibeli tersebut harus dilakukan dalam jangka waktu yang pendek maka uang kas yang diperlukan untuk membiayai persediaan semakin besar pula.

4.Syarat penjualan
Semakin lunak kredit yang digunakan oleh perusahaan kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besar jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang. Untuk memperendah dan memperkecil jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam piutang dan untuk memperkecil adanya piutang yang tidak dapat ditagih, sebaiknya perusahaan memberikan potongan tunai kepada pembeli, karena dengan begitu pembeli akan tertarik untuk membayar hutangnya dalam periode diskonto tersebut.

5.Tingkat perputaran persediaan
Tingkat perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli atau dijual kembali. Semakin tingkat perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan (terutama yang harus diinvestasikan dalam persediaan) semakin rendah. Untuk dapat mencapai tingkat perputaran yang tinggi, maka harus diadakan perencanaan dan pengawasan pekerjaan secara teratur dan efisien. Selain itu semakin cepat atau semakin tinggi perputaran akan semakin memperkecil resiko kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, disamping itu menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.

Langkah-langkah Dalam Analisis Sumber Dan Penggunaan Modal Kerja

Sebelum mengemukakan langkah-langkah dalam menganalisis sumber dan penggunaan modal kerja, akan dikemukakan terlebih dahulu yang termasuk kedalam sumber modal kerja dan juga penggunaan modal kerja.

Sumber Modal Kerja

Pada dasarnya, sumber modal kerja terdiri dari dua pokok, yaitu:
a.Bagian yang tetap atau bagian yang permanen yaitu jumlah minimum yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar tanpa kesulitan keuangan, dan
b.Jumlah modal kerja yang variabel yang jumlahnya tergantung pada aktivitas musiman dan kebutuhan-kebutuhan diluar aktivitas yang biasa.

Sumber-sumber modal kerja pada umumnya berasal dari:
1)Hasil operasi perusahaan, adalah jumlah pendapatan yang nampak dalam laporan perhitungan laba rugi ditambah dengan depresiasi dan amortisasi.
2)Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek), dalam menganalisis sumber modal kerja yang berasal dari keuntungan penjualan surat-surat berharga harus dipisahkan dengan modal kerja yang berasal dari hasil usaha pokok perusahaan. Dari hasil penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi kas.
3)Penjualan aktiva tidak lancar, perubahan aktiva tidak lancar menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja. Apabila hasil dari penjualan aktiva tetap atau aktiva tidak lancar ini tidak digunakan untuk mengganti aktiva yang bersangkutan, akan menyebabkan keadaan aktiva lancar sedemikian besarnya sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan (adanya modal kerja yang berlebih-lebihan).
4)Penjualan saham atau obligasi, Perusahaan dapat mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya penjualan obligasi ini mempunyai konsekuensi bahwa perusahaan harus membayar bunga tetap, oleh karena itu dalam mengeluarkan hutang dalam bentuk obligasi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan Penjualan obligasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan (terlalu besar) disamping menimbulkan beban bunga yang besar, juga akan mengakibatkan keadaan aktiva lancar yang besar sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan.

Penggunaan Modal Kerja

Penggunaan modal kerja akan mengakibatkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan.

Penggunaan yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah sebagai berikut :

1)Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan.
2)Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat-surat berharga atau efek, maupun kerugian insidentil lainnya.
3)Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan tertentu dalam jangka panjang.
4)Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja.
5)Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik, hutang obligasi maupun bentuk hutang lainnya, serta penarikan atau pembelian kembali saham perusahaan yang beredar, atau adanya penurunan hutang jangka panjang diimbangi dengan berkurangnya aktiva lancar.
6)Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadinya. Dengan kata lain adanya penurunan sektor modal yang diimbangi dengan berkurangnya aktiva lancar atau bertambahnya hutang lancar dalam jumlah yang sama.

Disamping penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan berkurangnya modal kerja tersebut, ada pula pemakaian aktiva lancar yang tidak merubah jumlahnya baik jumlah modal kerjanya maupun jumlah aktiva lancarnya itu sendiri, yaitu penggunaan modal kerja atau aktiva lancar yang hanya menyebabkan atau mengakibatkan berubahnya bentuk aktiva lancar (modal tidak berubah), misalnya :
- Pembelian efek secara tunai.
- Pembelian barang dagangan atau bahan-bahan lainnya secara tunai.
- Perubahan suatu bentuk piutang kebentuk piutang lainnya.

Langkah-langkah Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

Laporan tentang perubahan modal kerja akan memberikan gambaran tentang bagaimana manajemen mengelola perputaran atau sirkulasi modalnya. Laporan ini akan dapat memberikan jawaban atas berbagai pertanyaan yang mungkin timbul baik dari pihak manajemen, para pemegang saham, kreditur, maupun pihak-pihak lainnya.
Adapun langkah-langkah dalam penyusunan laporan sumber dan penggunaan modal kerja menurut Bambang Riyanto (1995:355) adalah sebagai berikut :

1)Menyusun laporan perubahan modal kerja, laporan ini menggambarkan perubahan dari masing-masing unsur modal kerja antara dua titik waktu. Dengan laporan tersebut dapat diketahui adanya kenaikan atau penurunan modal kerja dan besarnya perubahan modal kerja.

2)Mengelompokan perubahan-perubahan dari unsur-unsur non current accaounts antara dua titik waktu tersebut kedalam golongan yang mempunyai efek memperbesar modal kerja dan golongan yang mempunyai efek memperkecil modal kerja.

3)Mengelompokan unsur-unsur dalam laporan laba ditahan kedalam golongan yang perubahannya mempunyai efek memperbesar modal kerja dan golongan yang mempunyai efek memperkecil modal kerja.

4)Berdasarkan informasi diatas dapatlah disusun laporan sumber-sumber dan penggunaan modal kerja.

Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Terhadap Modal Kerja
B. Modal Kerja PT. Indosat Tbk dan PT. Xl Axiata Tbk
Tabel 2. Modal Kerja PT. Indosat Tbk dan PT. XL Axiata Tbk
Tahun
PT. INDOSAT

PT.XL
2004
Rp (1.137.773)
Rp
(1.116.804)
2005
Rp
(864.454)
Rp
(5.340.227)
2006
Rp
(983.472)
Rp
(2.477.016)
2007
Rp (5.928.495)
Rp
(4.001.605)
2008
Rp (5.787.999)
Rp
(2.335.016)
Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa diantara kedua perusahaan di atas sama-samamenghasilkan modal kerja yang negatif. Dengan demikian bahwa perusahaan tidak mampu memenuhi kegiatan operasionalnya sehingga hasilnya tiap tahun minus. Jika kita lihat dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 modal kerja yang lebih baik yaitu terjadi pada PT. Indosat sedangkan modal kerja dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 masih lebih baik PT. XL Axiata. Modal kerja bisa minus berarti disini aktiva lancarnya lebih kecil dibandingkan dengan pasiva lancarnya oleh karena itu modal kerjanya pun minus. Disini perusahaan harus lebih bisa meningkatkan kembali aktiva lancarnya agar bisa menutupi pasiva lancarnya, dengan adanya hasil yang minus berarti perusahaan masih kurang dalam tingkat likuiditasnya atau kemampuan perusahaan membayar hutang jangka pendeknya kurang. Oleh karena itu perusahaan harus bisa meningkatkan kembali penjualannya dan juga menjual produk mereka secara tunai agar langsung adanya dana yang masuk dalam kas. Di lain itu perusahaan harus bisa mengurangi hutang – hutangnya agar pasivanya mengalami penurunan.
C. Likuiditas PT. Indosat Tbk dan PT. XL Axiata Tbk
Tabel 3. Rasio Lancar PT. Indosat Tbk dan PT. XL Axiata Tbk
Tahun
PT. INDOSAT
PT. XL
2004
0.83
0.51
2005
0.93
0.24
2006
0.91
0.60
2007
0.55
0.33
2008
0.52
0.49
Berdasarkan dari tabel di atas rasio lancar yang dihasilkan kedua perusahaan masih kurang dari satu tetapi jika dilihat lebih baik yang mana di antara kedua perusahaan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa PT. Indosat lebih baik dari pada PT. XL Aiata, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang lebih likuid yaitu PT. Indosat dibandingkan dengan PT. XL Axiata, dengan kata lain PT. Indosat lebih mampu untuk membayar hutang jangka pendeknya dibandikan dengan PT. XL Axiata. Hal ini berarti juga bahwa aktiva lancar dan pasiva lancar yang dihasilkan kedua perusahaan masih lebih baik PT. Indosat, karena PT. Indosat lebih besar menghasilkan angka rasio lancarnya dibandingkan dengan PT. XL Axiata. Jika kita lihat lagi di tahun 2007 jika PT. Indosat mengalami rasio lancar yang paling bagus di antara lima tahun sedangkan di Pt. XL axiata sendiri mangalami rasio lancar yang paling kecil selama liam tahun tersebut. Sedangkan tahun yang hampir sama
rasio lancarnya yaitu tahun 2008 hanya beda 0.03 jika tahun lainnya perbedaanya cukup signifikan sedangkan di tahun 2008 ini hamper mengalami kesamaan walaupun masih tetap tinggian PT. Indosat dibandingankan dengan PT. XL Axiata, perbedaan – perbedaan tingkat pertahun antara lain tahun 2004 adanya perbedaan sebesar 0.32 tahun 2005 adanya perbedaan sebesar 0.69 di tahun 2006 adanya perbedaan sebesar 0.31 di tahun 2007 adanya perbedaan sebesar 0.22 dan di tahun 2008 adanya perbedaan sebesar 0.03



D.Rasio Cepat ( Quick Ratio ) PT. Indosat Tbk dan PT. XL Axiata Tbk
Tabel 4. Rasio Cepat PT. Indosat Tbk dan PT. XL Axiata Tbk
Tahun
PT. INDOSAT
PT. XL AXIATA
2004
0.82
0.50
2005
0.91
0.23
2006
0.89
0.58
2007
0.54
0.33
2008
0.51
0.47
Berdasarkan tabel di atas kedua perusahaan, rasio cepat yang dihasilkan kedua perusahaan masih kurang dari satu, tetepi jika dilihat berdasarkan tingkat yang lebih baik, maka PT. Indosat lebih baik dari pada PT. XL Axiata, karena angaka yang dihasilkan lebih besar dan lebih baik PT. Indosat dari pada PT. XL Axiata. Hal ini karena PT. Indosat dapat menghasilkan aktiva lancar dan pasiva lancar yang lebih baik dari pada PT. XL Axiata, jika kita lihat rasio cepat didapat dari aktiva lancar dikurangi dengan persediaan lalu dibagi dengan pasiva lancar, persediaan dikurangi karena persediaan lebih lama menjadi uang untuk ke kasnya dibandingkan dengan akun-akun aktiva lancar lainnya, oleh karena itu disebut rasio cepat, untuk persediaan PT. Indosat tahun 2004 sebesar 0.01 tahun 2005 sebesar 0.02 tahun 2006 sebesar 0.02 tahun 2007 sebesar 0.01 dan tahun 2008 sebesar 0.01 sedangkan untuk persediaan PT. XL Axiata tahun 2004 sebesar 0.01 tahun 2005 sebesar 0.01 tahun 2006 sebesar 0.02 tahun 2007 persediaan yang di hasilkan tidak mencapai 0.01 tahun 2008 sebesar 0.02 jika kita dapat melihat hampir semua persediaan baik PT. Indosat ataupun PT.XL Axiata sama-sama memiliki persediaan paling banyak sebesar 0.02 sedangkan persediaan yang sangat kecil terjadi pada PT. XL Axiata tahun 2007 hal ini berarti PT. Indosat lebih bisa mengontrol persediaannya dibandingkan dengan PT. XL Axiata. Persediaan yang ada di dalam sebuah perusahaan haruslah tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit karena jika persediaan di gudang sedikit maka jika adanya penjualan barang dalam jumlah besar perusahaan tidak bisa menyediakan karena persediaannya habis sedangkan jika persediaan di gudang terlalu banyak pula tidak baik karena adanya penumpukan dan akan berakibat tidak efisien terhadap kinerja perusahaan nanti. Oleh karena itu persediaan seharusnya dapat dikontrol secara baik. Maka disini dapat disimpulkan bahwa PT. Indosat lebih likuid dalam arti lebih bisa memenuhi kebutuhan jangka pendeknya dibandingkan dengan PT. XL Axiata, karena rasio cepat yang dihasilkan lebih besar PT. Indosat dari pada PT. XL Axiata, di samping itu juga perusahaan yang lebih bisa
Tabel 5. Rasio kas PT. Indosat Tbk dan PT. XL Axiata Tbk
Tahun
PT. INDOSAT
PT. XL AXIATA
2004
0.41
0.26
2005
0.69
0.11
2006
0.54
0.19
2007
0.22
0.12
2008
0.17
0.08
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kedua perusahaan masih dibilang tidak likuid karena angka yang mereka hasilkan masih di bawah satu, dengan kata lain perusahaan masih belum bisa memenuhi atau membayar hutang jangka pendeknya. Tetapi jika lihat berdasarkan kedua perusahaan di atas maka masih lebih baik PT. Indosat dibandingkan dengan PT. XL Axiata. Di tahun 2004 adanya selisih sebesar 0.15 di tahun 2005 adanya selisih sebesar 0.58 di tahun 2006 adanya selisih sebesar 0.35 di tahun 2007 adanya selisih sebesar 0.10 dan di tahun 2008 adanya selisih sebesar 0.09 dengan melihat selisih di atas maka dapat dilihat bahwa PT. Indosat lebih baik dari PT. XL Axiata, jika kita lihat di tahun 2005 terlihat jika rasio kas PT. Indosat lebih besar dan paling tinggi selama lima tahun sedangkan untuk PT. XL Axiata yang paling tinggi di tahun 2006. Untuk rasio lancar yang terendah untuk PT. Indosat terjadi di tahun 2008 untuk PT. XL Axiata sama dengan PT. Indosat yaitu tahun 2008 juga. Tetapi masih besar PT. Indosat angkanya dibandingkan dengan PT. XL Axiata. Jika kita lihat lagi berdasarkan hitungan mengenai piutang dan lain-lainnya, maka piutang PT. Indosat masih di atas PT. XL Axiata. Piutang PT. Indosat antara lain tahun 2004 sebesar 0.41 tahun 2005 sebesar 0.22 tahun 2006 sebesar 0.35 tahun 2007 sebesar 0.32 dan tahun 2008 sebesar 0.34 sedangan untuk PT. XL Axiata sendiri tahun 2004 sebesar 0.24 tahun 2005 sebesar 0.12 tahun 2006 sebesar 0.39 tahun 2007 sebesar 0.21 tahun 2008 sebesar 0.39 jika kita lihat berdasarkan rasio kas dan piutang maka untuk PT. Indosat antara kas dan piutang masih lebih besar kasnya, sedangkan untuk PT. XL Axiata lebih besar piutangnya dari pada kasnya, sehingga perusahaan yang bisa dikatakan paling likuid diantara kedua perusahaan into yaitu PT. Indosat, karena PT. Indosat mempunyai kas yang lebih besar dari piutangnya, dengan adanya kas yang lebih besar dari pada piutangnya maka jika perusahaan akan membayar hutang akan ada dananya langsung, sedangkan PT. XL Axiata lebih besar piutangnya dari pada kasnya hal ini merupakan tidak likuid karena piutang lama menjadi kasnya harus menunggu sesuai dengan tanggal jatuh tempo. Oleh karena itu jika kita bandingkan kedua perusahaan di atas maka masih lebih likuid PT. Indosat dibandingkan dengan PT. XL Axiata.

Sumber :
http://frenkymay.blogspot.com/2011/06/analisis-sumber-dan-penggunaan-modal.html
http://www.share-pdf.com/fca11db08f344c07a657b10e359b3096/Lap.htm


0 komentar:

Posting Komentar

 

Rahmah Fajriyah Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea