Jumat, 30 Mei 2014

Analisis Sumber Dana Dan Penggunaan Modal Kerja

Diposting oleh Rahmah Fajriyah SA di 07.32 0 komentar
Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Pengertian Modal Kerja

Pada laporan tahunan perusahaan, modal kerja didefinisikan sebagai aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar. Jhon Fred Weston dan Thomas E.Copeland (1996 : 327) menjelaskan bahwa modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai, surat berharga, piutang dan persediaan, dikurangi dengan kewajiban lancar yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar.

Menurut Munawir S (1995 : 114), ada tiga konsep atau definisi modal kerja yang umum dipergunakan ), yaitu:

1.Konsep kuantitatif

Konsep ini Menitik beratkan kepada kuantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin atau menunjukkan jumlah dana yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar.
Konsep ini tidak mementingkan kualitas dari modal kerja, apakah modal kerja dibiayai para pemilik, hutang jangka pendek, sehingga dengan modal kerja yang besar tidak apat mencerminkan tingkat keamanan para kreditur jangka pendek yang besar juga. Bahkan menurut konsep ini dengan adanya modal kerja yang besar tidak menjamin kelangsungan operasi yang akan datang, serta tidak mencerminkan likuiditas perusahaan yang bersangkutan.

2.Konsep Kualitatif

Konsep ini menitik beratkan pada kualitas modal kerja, pengertian modal kerja dalam konsep ini adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang lancar. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar dari hutang lancar dan menunjukkan pula tingkat keamanan bagi para kreditur jangka pendek, serta menjamin kelangsungan operasi dimasa mendatang dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman jangka pendek dengan jaminan lainnya.

3.Konsep Fungsional

Konsep ini menitik beratkan pada fungsi dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan. Pada dasarnya dana yang dimiliki oleh perusahaan sepenuhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba, ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Misalnya bangunan, pabrik, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya.

Ada 2 konsep utama modal kerja menurut James C. Van Horn dan John M. Wachowicz, Jr. (1997 : 214) yaitu :

1.Modal Kerja Bersih, yaitu perbedaan jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Konsep ini merupakan ukuran sejauh mana perusahaan dilindungi dari masalah likuiditas.
2.Modal Kerja Kotor, yaitu Investasi perusahaan dalam aktiva lancar (seperti kas, sekuritas, piutang, dan persediaan).

Jenis-jenis Modal Kerja

Modal kerja merupakan kekayaan yang diperlukan oleh perusahaan untuk menyelenggarakan kegiatan perusahaan sehari-hari. Modal kerja ini akan selalu berputar sedangkan aktiva lancar yang umumnya akan menjadi uang kas dalam suatu periode akuntansi.

menurut W.B. Taylor (1995 : 61), jenis-jenis modal kerja dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu:

1.Modal Kerja Permanen, yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
* Modal Kerja Primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.
* Modal Kerja Normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.

2. Modal Kerja Variabel, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan sesuai perubahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara:
* Modal Kerja Musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
* Modal Kerja Siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan Karena fluktuasi konjungsi.

3.Modal Kerja Darurat, yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan ekonomi mendadak).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja

Modal kerja yang cukup memang sangat penting bagi suatu perusahaan. Menurut Munawir S (1995 : 117) untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup oleh suatu perusahaan bukanlah hal yang mudah. Karena modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan tergantung atau dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:

1.Sifat atau tipe dari perusahaan
Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relatif akan lebih rendah bila dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja perusahaan industri, karena untuk perusahaan jasa tidak memerlukan investasi yang besar dalam kas, piutang maupun persediaan. Kebutuhan uang tunai untuk membayar pegawainya maupun untuk membiayai operasinya dapat dipenuhi dari penghasilan atau penerimaan-penerimaan saat itu juga, sedangkan piutang biasanya dapat ditagih dalam waktu yang relatif pendek. Sifat dari perusahaan jasa biasanya memiliki atau harus menginvestasikan modal-modalnya sebagian besar pada aktiva tetap yang digunakan untuk memberikan pelayanan atau jasanya kepada masyarakat.
Sedangkan untuk perusahaan industri, keadaan sangatlah ekstrim karena perusahaan industri harus mengadakan investasi yang cukup besar dalam aktiva lancar agar perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam operasinya sehari-hari.

2.Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga persatuan barang tersebut.
Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual maupun bahan dasar yang akan diproduksi sampai barang tersebut dijual. Karena semakin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang tersebut semakin besar pula modal kerja yang dibutuhkan. Disamping itu pokok persatuan barang untuk mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan.

3.Syarat pembelian bahan atau barang dagang
Syarat pembelian barang dagangan atau bahan dasar yang akan dibutuhkan untuk memproduksi barang sangat mempengaruhi jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Jika syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian yang menguntungkan, semakin sedikit uang kas yang harus diinvestasikan dalam persediaan bahan atau barang dagangan, sebaliknya bila pembayaran atas bahan atau barang yang dibeli tersebut harus dilakukan dalam jangka waktu yang pendek maka uang kas yang diperlukan untuk membiayai persediaan semakin besar pula.

4.Syarat penjualan
Semakin lunak kredit yang digunakan oleh perusahaan kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besar jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang. Untuk memperendah dan memperkecil jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam piutang dan untuk memperkecil adanya piutang yang tidak dapat ditagih, sebaiknya perusahaan memberikan potongan tunai kepada pembeli, karena dengan begitu pembeli akan tertarik untuk membayar hutangnya dalam periode diskonto tersebut.

5.Tingkat perputaran persediaan
Tingkat perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli atau dijual kembali. Semakin tingkat perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan (terutama yang harus diinvestasikan dalam persediaan) semakin rendah. Untuk dapat mencapai tingkat perputaran yang tinggi, maka harus diadakan perencanaan dan pengawasan pekerjaan secara teratur dan efisien. Selain itu semakin cepat atau semakin tinggi perputaran akan semakin memperkecil resiko kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, disamping itu menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.

Langkah-langkah Dalam Analisis Sumber Dan Penggunaan Modal Kerja

Sebelum mengemukakan langkah-langkah dalam menganalisis sumber dan penggunaan modal kerja, akan dikemukakan terlebih dahulu yang termasuk kedalam sumber modal kerja dan juga penggunaan modal kerja.

Sumber Modal Kerja

Pada dasarnya, sumber modal kerja terdiri dari dua pokok, yaitu:
a.Bagian yang tetap atau bagian yang permanen yaitu jumlah minimum yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar tanpa kesulitan keuangan, dan
b.Jumlah modal kerja yang variabel yang jumlahnya tergantung pada aktivitas musiman dan kebutuhan-kebutuhan diluar aktivitas yang biasa.

Sumber-sumber modal kerja pada umumnya berasal dari:
1)Hasil operasi perusahaan, adalah jumlah pendapatan yang nampak dalam laporan perhitungan laba rugi ditambah dengan depresiasi dan amortisasi.
2)Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek), dalam menganalisis sumber modal kerja yang berasal dari keuntungan penjualan surat-surat berharga harus dipisahkan dengan modal kerja yang berasal dari hasil usaha pokok perusahaan. Dari hasil penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi kas.
3)Penjualan aktiva tidak lancar, perubahan aktiva tidak lancar menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja. Apabila hasil dari penjualan aktiva tetap atau aktiva tidak lancar ini tidak digunakan untuk mengganti aktiva yang bersangkutan, akan menyebabkan keadaan aktiva lancar sedemikian besarnya sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan (adanya modal kerja yang berlebih-lebihan).
4)Penjualan saham atau obligasi, Perusahaan dapat mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya penjualan obligasi ini mempunyai konsekuensi bahwa perusahaan harus membayar bunga tetap, oleh karena itu dalam mengeluarkan hutang dalam bentuk obligasi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan Penjualan obligasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan (terlalu besar) disamping menimbulkan beban bunga yang besar, juga akan mengakibatkan keadaan aktiva lancar yang besar sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan.

Penggunaan Modal Kerja

Penggunaan modal kerja akan mengakibatkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan.

Penggunaan yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah sebagai berikut :

1)Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan.
2)Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat-surat berharga atau efek, maupun kerugian insidentil lainnya.
3)Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan tertentu dalam jangka panjang.
4)Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja.
5)Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik, hutang obligasi maupun bentuk hutang lainnya, serta penarikan atau pembelian kembali saham perusahaan yang beredar, atau adanya penurunan hutang jangka panjang diimbangi dengan berkurangnya aktiva lancar.
6)Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadinya. Dengan kata lain adanya penurunan sektor modal yang diimbangi dengan berkurangnya aktiva lancar atau bertambahnya hutang lancar dalam jumlah yang sama.

Disamping penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan berkurangnya modal kerja tersebut, ada pula pemakaian aktiva lancar yang tidak merubah jumlahnya baik jumlah modal kerjanya maupun jumlah aktiva lancarnya itu sendiri, yaitu penggunaan modal kerja atau aktiva lancar yang hanya menyebabkan atau mengakibatkan berubahnya bentuk aktiva lancar (modal tidak berubah), misalnya :
- Pembelian efek secara tunai.
- Pembelian barang dagangan atau bahan-bahan lainnya secara tunai.
- Perubahan suatu bentuk piutang kebentuk piutang lainnya.

Langkah-langkah Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

Laporan tentang perubahan modal kerja akan memberikan gambaran tentang bagaimana manajemen mengelola perputaran atau sirkulasi modalnya. Laporan ini akan dapat memberikan jawaban atas berbagai pertanyaan yang mungkin timbul baik dari pihak manajemen, para pemegang saham, kreditur, maupun pihak-pihak lainnya.
Adapun langkah-langkah dalam penyusunan laporan sumber dan penggunaan modal kerja menurut Bambang Riyanto (1995:355) adalah sebagai berikut :

1)Menyusun laporan perubahan modal kerja, laporan ini menggambarkan perubahan dari masing-masing unsur modal kerja antara dua titik waktu. Dengan laporan tersebut dapat diketahui adanya kenaikan atau penurunan modal kerja dan besarnya perubahan modal kerja.

2)Mengelompokan perubahan-perubahan dari unsur-unsur non current accaounts antara dua titik waktu tersebut kedalam golongan yang mempunyai efek memperbesar modal kerja dan golongan yang mempunyai efek memperkecil modal kerja.

3)Mengelompokan unsur-unsur dalam laporan laba ditahan kedalam golongan yang perubahannya mempunyai efek memperbesar modal kerja dan golongan yang mempunyai efek memperkecil modal kerja.

4)Berdasarkan informasi diatas dapatlah disusun laporan sumber-sumber dan penggunaan modal kerja.

Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Terhadap Modal Kerja
B. Modal Kerja PT. Indosat Tbk dan PT. Xl Axiata Tbk
Tabel 2. Modal Kerja PT. Indosat Tbk dan PT. XL Axiata Tbk
Tahun
PT. INDOSAT

PT.XL
2004
Rp (1.137.773)
Rp
(1.116.804)
2005
Rp
(864.454)
Rp
(5.340.227)
2006
Rp
(983.472)
Rp
(2.477.016)
2007
Rp (5.928.495)
Rp
(4.001.605)
2008
Rp (5.787.999)
Rp
(2.335.016)
Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa diantara kedua perusahaan di atas sama-samamenghasilkan modal kerja yang negatif. Dengan demikian bahwa perusahaan tidak mampu memenuhi kegiatan operasionalnya sehingga hasilnya tiap tahun minus. Jika kita lihat dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 modal kerja yang lebih baik yaitu terjadi pada PT. Indosat sedangkan modal kerja dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 masih lebih baik PT. XL Axiata. Modal kerja bisa minus berarti disini aktiva lancarnya lebih kecil dibandingkan dengan pasiva lancarnya oleh karena itu modal kerjanya pun minus. Disini perusahaan harus lebih bisa meningkatkan kembali aktiva lancarnya agar bisa menutupi pasiva lancarnya, dengan adanya hasil yang minus berarti perusahaan masih kurang dalam tingkat likuiditasnya atau kemampuan perusahaan membayar hutang jangka pendeknya kurang. Oleh karena itu perusahaan harus bisa meningkatkan kembali penjualannya dan juga menjual produk mereka secara tunai agar langsung adanya dana yang masuk dalam kas. Di lain itu perusahaan harus bisa mengurangi hutang รข€“ hutangnya agar pasivanya mengalami penurunan.
C. Likuiditas PT. Indosat Tbk dan PT. XL Axiata Tbk
Tabel 3. Rasio Lancar PT. Indosat Tbk dan PT. XL Axiata Tbk
Tahun
PT. INDOSAT
PT. XL
2004
0.83
0.51
2005
0.93
0.24
2006
0.91
0.60
2007
0.55
0.33
2008
0.52
0.49
Berdasarkan dari tabel di atas rasio lancar yang dihasilkan kedua perusahaan masih kurang dari satu tetapi jika dilihat lebih baik yang mana di antara kedua perusahaan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa PT. Indosat lebih baik dari pada PT. XL Aiata, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang lebih likuid yaitu PT. Indosat dibandingkan dengan PT. XL Axiata, dengan kata lain PT. Indosat lebih mampu untuk membayar hutang jangka pendeknya dibandikan dengan PT. XL Axiata. Hal ini berarti juga bahwa aktiva lancar dan pasiva lancar yang dihasilkan kedua perusahaan masih lebih baik PT. Indosat, karena PT. Indosat lebih besar menghasilkan angka rasio lancarnya dibandingkan dengan PT. XL Axiata. Jika kita lihat lagi di tahun 2007 jika PT. Indosat mengalami rasio lancar yang paling bagus di antara lima tahun sedangkan di Pt. XL axiata sendiri mangalami rasio lancar yang paling kecil selama liam tahun tersebut. Sedangkan tahun yang hampir sama
rasio lancarnya yaitu tahun 2008 hanya beda 0.03 jika tahun lainnya perbedaanya cukup signifikan sedangkan di tahun 2008 ini hamper mengalami kesamaan walaupun masih tetap tinggian PT. Indosat dibandingankan dengan PT. XL Axiata, perbedaan รข€“ perbedaan tingkat pertahun antara lain tahun 2004 adanya perbedaan sebesar 0.32 tahun 2005 adanya perbedaan sebesar 0.69 di tahun 2006 adanya perbedaan sebesar 0.31 di tahun 2007 adanya perbedaan sebesar 0.22 dan di tahun 2008 adanya perbedaan sebesar 0.03



D.Rasio Cepat ( Quick Ratio ) PT. Indosat Tbk dan PT. XL Axiata Tbk
Tabel 4. Rasio Cepat PT. Indosat Tbk dan PT. XL Axiata Tbk
Tahun
PT. INDOSAT
PT. XL AXIATA
2004
0.82
0.50
2005
0.91
0.23
2006
0.89
0.58
2007
0.54
0.33
2008
0.51
0.47
Berdasarkan tabel di atas kedua perusahaan, rasio cepat yang dihasilkan kedua perusahaan masih kurang dari satu, tetepi jika dilihat berdasarkan tingkat yang lebih baik, maka PT. Indosat lebih baik dari pada PT. XL Axiata, karena angaka yang dihasilkan lebih besar dan lebih baik PT. Indosat dari pada PT. XL Axiata. Hal ini karena PT. Indosat dapat menghasilkan aktiva lancar dan pasiva lancar yang lebih baik dari pada PT. XL Axiata, jika kita lihat rasio cepat didapat dari aktiva lancar dikurangi dengan persediaan lalu dibagi dengan pasiva lancar, persediaan dikurangi karena persediaan lebih lama menjadi uang untuk ke kasnya dibandingkan dengan akun-akun aktiva lancar lainnya, oleh karena itu disebut rasio cepat, untuk persediaan PT. Indosat tahun 2004 sebesar 0.01 tahun 2005 sebesar 0.02 tahun 2006 sebesar 0.02 tahun 2007 sebesar 0.01 dan tahun 2008 sebesar 0.01 sedangkan untuk persediaan PT. XL Axiata tahun 2004 sebesar 0.01 tahun 2005 sebesar 0.01 tahun 2006 sebesar 0.02 tahun 2007 persediaan yang di hasilkan tidak mencapai 0.01 tahun 2008 sebesar 0.02 jika kita dapat melihat hampir semua persediaan baik PT. Indosat ataupun PT.XL Axiata sama-sama memiliki persediaan paling banyak sebesar 0.02 sedangkan persediaan yang sangat kecil terjadi pada PT. XL Axiata tahun 2007 hal ini berarti PT. Indosat lebih bisa mengontrol persediaannya dibandingkan dengan PT. XL Axiata. Persediaan yang ada di dalam sebuah perusahaan haruslah tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit karena jika persediaan di gudang sedikit maka jika adanya penjualan barang dalam jumlah besar perusahaan tidak bisa menyediakan karena persediaannya habis sedangkan jika persediaan di gudang terlalu banyak pula tidak baik karena adanya penumpukan dan akan berakibat tidak efisien terhadap kinerja perusahaan nanti. Oleh karena itu persediaan seharusnya dapat dikontrol secara baik. Maka disini dapat disimpulkan bahwa PT. Indosat lebih likuid dalam arti lebih bisa memenuhi kebutuhan jangka pendeknya dibandingkan dengan PT. XL Axiata, karena rasio cepat yang dihasilkan lebih besar PT. Indosat dari pada PT. XL Axiata, di samping itu juga perusahaan yang lebih bisa
Tabel 5. Rasio kas PT. Indosat Tbk dan PT. XL Axiata Tbk
Tahun
PT. INDOSAT
PT. XL AXIATA
2004
0.41
0.26
2005
0.69
0.11
2006
0.54
0.19
2007
0.22
0.12
2008
0.17
0.08
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kedua perusahaan masih dibilang tidak likuid karena angka yang mereka hasilkan masih di bawah satu, dengan kata lain perusahaan masih belum bisa memenuhi atau membayar hutang jangka pendeknya. Tetapi jika lihat berdasarkan kedua perusahaan di atas maka masih lebih baik PT. Indosat dibandingkan dengan PT. XL Axiata. Di tahun 2004 adanya selisih sebesar 0.15 di tahun 2005 adanya selisih sebesar 0.58 di tahun 2006 adanya selisih sebesar 0.35 di tahun 2007 adanya selisih sebesar 0.10 dan di tahun 2008 adanya selisih sebesar 0.09 dengan melihat selisih di atas maka dapat dilihat bahwa PT. Indosat lebih baik dari PT. XL Axiata, jika kita lihat di tahun 2005 terlihat jika rasio kas PT. Indosat lebih besar dan paling tinggi selama lima tahun sedangkan untuk PT. XL Axiata yang paling tinggi di tahun 2006. Untuk rasio lancar yang terendah untuk PT. Indosat terjadi di tahun 2008 untuk PT. XL Axiata sama dengan PT. Indosat yaitu tahun 2008 juga. Tetapi masih besar PT. Indosat angkanya dibandingkan dengan PT. XL Axiata. Jika kita lihat lagi berdasarkan hitungan mengenai piutang dan lain-lainnya, maka piutang PT. Indosat masih di atas PT. XL Axiata. Piutang PT. Indosat antara lain tahun 2004 sebesar 0.41 tahun 2005 sebesar 0.22 tahun 2006 sebesar 0.35 tahun 2007 sebesar 0.32 dan tahun 2008 sebesar 0.34 sedangan untuk PT. XL Axiata sendiri tahun 2004 sebesar 0.24 tahun 2005 sebesar 0.12 tahun 2006 sebesar 0.39 tahun 2007 sebesar 0.21 tahun 2008 sebesar 0.39 jika kita lihat berdasarkan rasio kas dan piutang maka untuk PT. Indosat antara kas dan piutang masih lebih besar kasnya, sedangkan untuk PT. XL Axiata lebih besar piutangnya dari pada kasnya, sehingga perusahaan yang bisa dikatakan paling likuid diantara kedua perusahaan into yaitu PT. Indosat, karena PT. Indosat mempunyai kas yang lebih besar dari piutangnya, dengan adanya kas yang lebih besar dari pada piutangnya maka jika perusahaan akan membayar hutang akan ada dananya langsung, sedangkan PT. XL Axiata lebih besar piutangnya dari pada kasnya hal ini merupakan tidak likuid karena piutang lama menjadi kasnya harus menunggu sesuai dengan tanggal jatuh tempo. Oleh karena itu jika kita bandingkan kedua perusahaan di atas maka masih lebih likuid PT. Indosat dibandingkan dengan PT. XL Axiata.

Sumber :
http://frenkymay.blogspot.com/2011/06/analisis-sumber-dan-penggunaan-modal.html
http://www.share-pdf.com/fca11db08f344c07a657b10e359b3096/Lap.htm


Review Jurnal Sumber Dan Penggunaan Kas

Diposting oleh Rahmah Fajriyah SA di 07.01 0 komentar
            Laporan perubahan kas / cash flow statement / laporan sumber dan penggunaan kas disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode dan memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaannya.
Laporan sumber dan penggunaan kas menggambarkan atau menunjukkan aliran atau gerakan kas, yaitu sumber-sumber penerimaan dan penggunaan kas dalam periode yang bersangkutan.

Langkah – langkah dalam Adapun suimber dana dalam artian kas terdiri atas :
Penyusunan laporan sumber dan penggunaan dana dalam pengertian kas adalah :
membandingkan kedua neraca untuk menyusun perubahan neraca pada masing –masing elemen
menyusun penggolongan dari unsur – unsur  yang memperbesar kas dan golongan atau unsur – unsur yang memperkecil kas
Mengelompokan unsur – unsur dalam laporan rugi laba, terutama laba ditahan ke dalam golongan yang memperbesar kas dan memperkecil kas
mengadakan konsolidasi dari semua informasi tersebut  ke dalam laporan sumber –sumber dan penggunan dana.

Elemen – elemen dari neraca yang nampak selalu diperhatikan adalah berdasarkan penggolongan sebagai berikut :
Elemen –elemen aktiva lancar selain kas
Elemen – elemen
Elemen - elemen dari modal baik modal ssendiri maupun modal  asing
Keuntungan perusahaan berasal dari operasi

Perubahan  dari masing – masing elemen tersebut yang mempunyai efek membesar kas disebut sebagai sumber dana. Dengan demikian adanya sumber dana dapat ditandai dengan :
berkurangnya aktiva lancar selain kas
berkurangnya aktiva tetap
bertambahnya hutang – hutang
bertambahnya modal
adanya keuntungan dari operasi perusahaan

sebaliknya perubahan yang efeknya akan memperkecil kas merupakan penggunaan dana yang ditandai dengan :
bertambahnya aktiva lancar selain kas
bertambahnya aktiva tetap
berkurangnya hutang
berkurangnya modal
pembayaran cash dividend
adanya  kerugian.

Tujuan Laporan Perubahan Kas :
Menunjukkan perubahan kas selama satu periode.
Mengidentifikasi sumber-sumber Kas selama satu periode.
Mengidentifikasi penggunaan Kas selama satu periode.
1. Sifat Laporan Sumber Dan Penggunan Kas
            Sifat laporan perubahan modal kerja adalah memberikan ringkasan transaksi keuangan selama satu periode dengan menunjukan sumber dan penggunaan modal kerja dalam periode tersebut, modal kerja meliputi seluruh aktiva lancar atau aktiva lancar dikurangi utang lancar. Dengan demikian, yang di laporkan adalah perubahan aktiva lancar dan utang lancar serta sebab-sebab perubahan tersebut atau sumber dan penggunaannya. Tekanan yang di berikan dalam laporan ini adalah perubahan modal kerja atau aktiva lancar dan utang lancar secara keseluruhan dan tidak akan menunjukan jumlah uang yang telah diterima atau dikeluarkan selama periode tersebut.
            Laporan sumber dan penggunaan kas akan dapat di gunakan sebagai dasar dalam menaksir kebutuhan kas di masa mendatang dan kemungkinan sumber-sumber yang ada, atau dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan peramalan kebutuhan kas atau cash flow di masa yang akan datang. Sedangkan bagi para kreditor atau bank dengan laporan sumber dan penggunaan kas akan dapat menilai kemampuan perusahaan dalam membayar bunga atau mengembalikan pinjamannya.
2. Sumber Kas
            Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur modal yang paling tinggi likuiditasnya, berarti semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Akan tetapi, suatu perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kas dalam jumlah yang besar berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan mencerninkan adanya over investment dalam kas dan berarti pula perusahaan kurang efektif dalam mengelola kas. Jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi dan keuntungannya yang di peroleh akan lebih besar, tetapi suatu perusahaan yang hanya mengejar keuntungan (rentabilitas) tanpa memperhatikan likuiditas akhirnya perusahaan itu akan berada dalam keadaan likuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan.
Sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari  :
            Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud (intangible assets), atau adanya penurunan aktiva tidak lancar yang diimbangi dengan penambahan kas.
Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh pemilik perusahaan  dalam bentuk kas.
            Pengeluaran surat tanda bukti utang, baik jangka pendek (wesel) maupun utang jangka panjang (utang obligasi, utang hipotik, atau utang jangka panjang lain) serta bertambahnya utang yang diimbangi dengan penerimaan kas.
Adanya penurunan atau berkurannya aktiva lancar selain kas yang diimbangi denagn penerimaan kas pembayaran, berkurangnya persediaan barang dagangan karena adanya penjualan secara tunai, adanya penurunan surat berharga (efek) karena ada penjualan dan sebagainya.
Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau dividen dari investasinya, sumbangan ataupun hadiah maupun adanya pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada periode-periode sebelumnya.
Keuntunga dari operasi perusahaan, Apabila perusahaan memperoleh keuntungan neto dari operasinya berarti ada tambahan dana dari perusahaan yang bersangkutan.

Sumber pengeluaran kas dalam perusahaan, dapat berasal dari:
Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang serta adanya pembelian aktiva tetap lainnya
Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengambilan kas perusahaan oleh pemilik perusahaan
Pelunasan atau pembayaran angsuran hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang
Pembelian barang dagang secara tunai
Pengeluaran kas untuk pembayaran deviden, pajak, denda dan lainnya.
Penyusunan Laporan Sumber dan Penggunaan Kas
Dapat dilakukan dengan cara meringkas jurnal penerimaan kas dan jurnal pengeluaran kas (dilakukan oleh internal analisis) dan menganalisa perubahan yang terjadi dalam laporan keuangan yang diperbandingkan antara dua periode (dilakukan oleh external analisis).

Transaksi yang tidak mempengaruhi kas:
Adanya pengakuan atau pembebasan depresiasi, amortisasi dan deplesi terhadap aktiva tetap, intangible assets dan wasting assets.
Pengakuan adanya kerugian piutang baik cadangan kerugian piutang maupun tidak dan penghapusan piutang karena piutang yang bersangkutan sudah tidak dapat ditagih lagi.
Adanya penghapusan atau pengurangan nilai buku dari aktiva yang dimiliki dan penghentian dari penggunaan aktiva tetap karena aktiva yang bersangkutan telah habis disusut dan atau tidak dapat dipakai lagi
Adanya pembayaran stock deviden (deviden dalam bentuk saham), adanya penyisihan atau pembatasan penggunaan laba, dan adanya penilaian kembali (revluasi)terhadap aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan.
 Tujuan penyusunan laporan sumber dan penggunaan kas adalah :
1.  Untuk mengetahui sumber kas yang diperoleh selama satu periode dan untuk para kas yang diterima  tersebut. Hal tersebut sangat penting bagi banker’s dan para kreditor jangka pendek, karena dengan menganalisa sumber dan penggunaan kas dapat diketahui kebijaksanaan manajement dalam mengelola sumber daya yang dana yang ada.
2.  Maka akan diketahui atau dapat diperkirakan sumber kas dimasa yang akan datang. Bila pada point satu dan point dua digabung maka kreditor dapat mengetahui jaminan serta kemampuan membayaryang dapat diberikan oleh perusahaan yang bersangkutan.
Dalam menyusun laporan sumber-sumber dan penggunaan kas, dimana dana dalam artian kas memiliki langkah-langkah sebagai berikut :
Mendaftar pos-pos neraca yang diperbandingkan antara dua titik waktu tertentu dalam kolom pertama dan kedua.
Mendaftar pos-pos laporan laba rugi dari tahun yang diperbandingkan (current year).
Tentukan kenaikan dan penurunan yang terjadi pada pos-pos neraca, tunjukkan dalam kolom ”Perubahan” debit dan kredit. Kolom perubahan debit untuk mencatat adanya kenaikan aktiva, penurunan utang dan modal serta bertambahnya biaya serta berkurangnya penghasilan. Sedangkan kolom kredit untuk mencatat penurunan aktiva, kenaikan utang dan modal, bertambahnya penghasilan dan berkurangnya biaya.
Menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi pada pos-pos neraca dan pos-pos laba rugi untuk menentukan adanya perubahan yang tidak mempengaruhi kas.
Membuat jurnal penyesuaian dalam lembar kerja tersebut untuk menghilangkan akibat atau pengaruh transaksi nonkas yang sudah dicatat dalam periode tersebut.
Memindahkan saldo atau perubahan setelah disesuaikan (kecuali perubahan kas) Ke dalam kolom “Kenaikan dan Penurunan Kas” atau “Sumber dan Penggunaan Kas”.
Untuk penyusunan laporan sumber dan penggunaan kas datanya diambil dari dua kolom.  
3.  Budget Kas (anggaran kas)
            Budget Kas adalah budget yang merencanakan secara lebih terperinci tentang jumlah kas beserta perubahan-perubahannya dari waktu kewaktu selama periode yang akan datang, baik perubahan yang berupa pengeluaran kas, maupun yang berupa penerimaan kas.
Budget kas dibedakan dalam dua bagian, yaitu :
Estimasi penerimaan-penerimaan kas yang berasal dari : hasil penjualan tunai, piutang yang berkumpul, penerimaan bunga devident, hasil penjualan aktiva tetap, dan penerimaan-penerimaan lain.
Estimasi pengeluaran kas yang digunakan untuk : pembelian bahan mentah, pembayaran utang-utang, pembayaran upah buruh, pengeluaran untuk biaya penjualan, premi asuransi, pembelian aktiva tetap dan pengeluaran-pengeluaran lain.
Tujuan penyusunan anggaran kas bagi pimpinan perusahaan adalah untuk mengetahui :
Kemungkinan posisi kas sebagai hasil rencana operasinya perusahaan.
Besarnya dana beserta saat/kapan dana tersebut dibutuhkan untuk menutup defisit kas.
Saat kapan kredit dibayar kembali.
Tahap penyusunan budget kas :
Penyususun estimasi penerimaan dan pengeluaran menurut rencana operasionil perusahaan (transaksinya adalah transaksi operasional).
Menyusun perkiraan atau estimasi kebutuhan dana atau kredit dari bank atau sumber-sumber dana lainnya yang diperlukan untuk menutup defisit kas karena rencana operasinya perusahaan. Juga disusun estimasi pembayaran bunga kredit tersebut beserta waktu pembayarannya kembali (transaksinya adalah transaksi finansial).
Menyusun kembali estimasi keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya transaksi finansial dan budget kas yang final ini merupakan gabungan dari transaksi operasional dan transaksi finansial yang menggambarkan estimasi penerimaan dan pengeluaran kas keseluruhan.


Sumber :
http://wardabada.wordpress.com/2012/04/03/analisa-sumber-dan-penggunaan-kas/
http://intansaridewi14.blogspot.com/2013/07/analisis-sumber-dan-penggunaan-dana.html

Senin, 12 Mei 2014

Konsolidasi Pemilikan Tidak Langsung Dan Saling Memiliki Saham

Diposting oleh Rahmah Fajriyah SA di 08.27 0 komentar
      A.  Pemilikan Tidak Langsung
Yang dimaksud dengan Pemilikan tidak langsung adalah investasi yang memungkinkan investor untuk mengendalikan atau mempengaruhi secara signifikan perusahaan lain tidak melalui kepemilikan saham langsung, melainkan melalui anak perusahaannya. Struktur indirect holding terdiri dari dua macam yaitu struktur induk-anak-cucu (Induk-Anak-Cucu) dan struktur afiliasi terkoneksi (Afilitas Terikat).
1.      Indirect holding berstruktur induk-anak-cucu.
            A mempunyai saham B 80%, B mempunyai saham C 70%, maka secara tidak langsung A memiliki 80% x 70% = 56% saham C. Oleh karena itu,  laporan keuangan C harus masuk ke dalam laporan konsolidasi A.  Dalam struktur ini, yang dilihat adalah apakah A punya kendali atas B dan B punya kendali atas C, meskipun akhirnya kepemilikan A atas C secara tidak langsung kurang dari 50%.
Misal A mempunyai saham B 80%, B mempunyai saham C 60%, maka secara tidak langsung A memiliki 80% x 60% = 48% saham C. Meskipun kepemilikan secara tidak A atas C kurang dari 50%,  laporan keuangan C harus masuk ke dalam laporan konsolidasi A. 
Dalam indirect holding berstruktur induk-anak-cucuMINORITAS anak secara tidak langsung berhak atas Laba Bersih cucu, yaitu sebesar % kepemilikan MINORITAS x % kepemilikan anak terhadap cucu x Laba Bersih cucu.
2.      Indirect holding berstruktur Afiliasi Terikat
A mempunyai saham B 80%, dan saham C 20%; B mempunyai saham C  40%, maka secara tidak langsung A memiliki 80% x 40% = 32% saham C secara tidak langsung, sehingga jumlah sahamnya di C menjadi 52% dan C harus masuk ke dalam laporan konsolidasi A. Dalam struktur seperti ini total kepemilikan A terhadap C harus di atas 50% dan A harus mengendalikan B.

      B. Mutual holding
      Yang dimaksud dengan mutual holding adalah kepemilikan saham oleh perusahaan yang berafiliasi. Struktur mutual holding ada dua bentuk yaitu saham induk dimiliki oleh anak perusahaan dan saham anak dimiliki oleh anak perusahaan yang lainnya
1.   Saham induk dimiliki oleh anak perusahaan
Dari sudut pandang konsolidasi, saham induk yang dimiliki oleh anak perusahaan tidak termasuk ke dalam saham yang beredar. Oleh karena itu di dalam laporan keuangan konsolidasi, saham tersebut akan dilaporkan sebagai saham treasuri dan akan dikurangkan dari stockholders’ equity konsolidasi pada nilai biayanya.
2.   Saham anak dimiliki oleh anak perusahaan yang lainnya
Untuk saham anak yang dimiliki oleh anak perusahaan yang lainnya, tidak akan diperlakukan sebagai Treasury stock (Saham). Investasi tersebut akan dieliminasi bersamaan dengan eliminasi ekuitas perusahaan yang sahamnya dimiliki


Selasa, 06 Mei 2014

Pengertian dan Pengaruh Adanya Perubahan Hak Pemilikan,Beberapa Hal Yang Menyebabkan Hak Kepemilikan dan Pengaruhnya Terhadap Neraca Konsolidasi

Diposting oleh Rahmah Fajriyah SA di 05.28 0 komentar
1.1 Pengertian dan pengaruh adanya perubahan hak kepemilikan
Penggabungan usaha merupakan usaha untuk menggabungkan suatu perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain ke dalam satu kesatuan ekonomi.
Faktor-faktor yang harus diperhitungkan di dalam memilih dasar yang akan dipakai untuk menentukan besarnya kontribusi dari masing-masing perusahaan yang mengadakan penggabungan usaha, adalah :
·    Penggabungan perusahaan dengan mengeluarkan satu jenis modal saham
·    Penggabungan perusahaan dengan mengeluarkan dua atau lebih jenis modal saham.
Kepemilikan perusahaan induk atau investor pada perusahaan anak/investasi mungkin berubah sebagai akibat perusahaan anak menjual saham tambahan atau perusahaan anak menjual saham miliknya sendiri. Pengaruh aktivitas-aktivitas tersebut pada perusahaan induk/investor tergantung pada harga saat saham tambahan tersebut dijual atau saham diperoleh kembali dibeli, dan pada apakah perusahaan induk dilibatkan secara langsung dalam transaksi-transaksi dengan perusahaan anak.
Perubahan dalam saldo rekening investasi saham-saham perusahaan anak dalam hal ini tidak disebabkan oleh perubahan nilai investasi seperti halnya pada metode equity.Tetapi perubahan itu disebabkan oleh bertambah atau berkurangnya jumlah relative  pemilikan saham dari jumlah saham- saham perusahaan anak.perubahan- perubahan semacam ini tidak saja disebabkan oleh pemilikan saham perusahaan anak yang dilakukan secara bertahap, akan tetapi banyak hal- hal lain yang mengakibatkan perubahan yang serupa.

1.2 Beberapa hal yang menyebabkan perubahan hak pemilikan dan pengaruh nya terhadap neraca konsolidasi
                Ada beberapa hal yang mengakibatkan perubahan-perubahan hak pemilikan dan pengaruhnya terhadap penyususnan neraca konsolidasi, antara lain:
1.    pembelian saham perusahaan anak dilakukan lebih dari satu kali, hak kontrol diperoleh sejak saat pembelian saham pada tahap pertama.
2.    pembelian saham perusahaan anak dilakukan lebih dari satu kali, hak kontrol diperoleh baru stelah beberapa tahap pembelian saham
3.    Pembelian dan penjualan kembali sebagian dari saham-saham perusahaan anak yang dimiliki perusahaan induk
4.    Emisi saham dan atau penarikan kembali saham-saham perusahaan anak yang mempengaruhi hak-hak pemilikan perusahaan induk
5.    transaksi-transaksi saham yang ditarik dari peredaran (Treasury Stock) pada perusahaan anak.

1.2.1.   Perlakuan akuntansi untuk pembelian saham perusahaan anak  yang   dilakukan beberapa kali.
                Sangat dimungkinkan bahwa suatu perusahaan yang telah mempunyai hak control pada perusahaan lain terus menambah hak pemilikannya dengan cara membeli saham-saham perusahaan lain tersebut dari para pemegang saham lainnya. Apabila hal ini terjadi, maka mengakibatkan tidak saja perubahan di dalam saldo rekening investasi saham, melainkan juga perubahan terhadap rekening laba yang ditahan (LYD) pada buku-buku perusahaan induk.
Namun demikian sampai seberapa jauh perubahan-perubahan yang harus diakui sangat dipengaruhi oleh pencatatan yang dipakai terhadap investasi saham-saham perusahaan anak. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan diberikan contoh sebagai berikut :
Contoh Soal :
Sampai dengan tanggal 31 Desember 2011 PT Citra memiliki sebanyak 400 lembar saham-saham PT Borneo, dengan perincian sebagai berikut :
Pada tanggal 1 Januari 2010, dibeli sebanyak 375 lembar @Rp 60.000 per lembar dan pada tanggal 1 Juli 2011, dibeli sebanyak 25 lembar @Rp 75.000 perlembar.
Sedang modal saham masing-masing perusahaan sampai dengan tanggal 31 Desember 2011 terdiri dari 500 lembar nominal @Rp 50.000 per lembar. Berikut ini data tentang saldo laba yang ditahan, laba (rugi) usaha serta deviden yang dibagikan sejak awal tahun 2010 sampai akhir tahun 2011 dari kedua perusahaan tersebut :

Perubahan-perubahan laba yang ditahan
PT Citra
PT Borneo

Laba yang ditahan, per 31 Desember 2009
Laba usaha, tahun 2010
Pembagian deviden, bulan Desember 2011
Laba usaha, tahun 2011

Rp 15.000.000
Rp 3.750.000
Rp 2.500.000
Rp 6.250.000

Rp 3.750.000
Rp 5.000.000
Rp 1.250.000
Rp 5.000.000

Pengaruh bertambahnya pemilikan saham dari semula 75% dari jumlah saham yang beredar menjadi 80% pada tanggal 1 juli 2011 dan perubahan–perubahan yang terjadi pada hak-hak para pemegang saham pada PT Borneo sejak pemilikan saham-sahamnya oleh PT Citra, terhadap saldo rekening Investasi Saham dari laba yang ditahan pada buku-buku PT Citra akan nampak seperti pada tabel yang berikut:
Keterangan
Metode harga perolehan
Investasi saham
Laba yang ditahan
31 Des 2009 : saldo…
1 Jan 2010 : beli 375 saham @Rp 60.000
-

22.500.000
15.000.000

-
31 Des 2010 : Laba usaha
-       PT Citra, Rp 3.750.000
-       PT Borneo Rp. 5.000.000
22.500.000
-
-
15.000.000
3.750.000
-
1 Juli 2011 : beli 25 lembar saham @Rp.75.000
22.500.000
1.875.000
18.750.000
-
Des 2011 : pembagian deviden :
-       PT Citra Rp 2.500.000
-       PT Borneo Rp. 1.250.000
24.375.000
-
-
18.750.000
(2.500.000)
1.000.000
31 Des 2011 : laba usaha :
-       PT Citra Rp 6.250.000
-       PT Borneo Rp 5.000.000
24.375.000
-
-
17.250.000
6.250.000
-
31 Desember 2011, saldo
24.375.000
23.500.000

·         Metode harga perolehan (cost method)
Apabila metode harga perolehan dipakai pengaruh perubahan pemilikan saham tersebut di dalam pencatatan pada buku-buku PT Citra (perusahaan induk), adalah berupa kenaikan saldo rekening investasi sebesar harga perolehan 25 lembar pada tanggal 1 Juli 2011 dan hak atas deviden yang dibagikan oleh PT Borneo pada bulan Desember 2011. Akan tetapi apabila pada tanggal 31 Desember 2011 disusun neraca konsolidasi, maka eliminasi terhadap modal saham PT Borneo dilakukan sesuai dengan hak pemilikan saham pada tanggal tersebut. Sedang eliminasi saldo laba yang ditahan, masing-masing dipakai titik tolak dari saldo pada tanggal 1 Juli 2011 jika tidak diketahui secara pasti besarnya laba usaha untuk periode 1 Januari sampai dengan 30 Juni dipakai pendekatan rata-rata per tahun sebagai:
Laba yang ditahan, 1 Januari 2011                                                       8.750.000
Ditambah :
Laba usaha, rata-rata per bulan-tahun 2011 :
(6/12 x Rp5.000.000)                                                                         2.500.000
Laba yang ditahan, 1 Juli 2011                                          
 11.250.000

            Didalam neraca yang dikonsolidasi harus diakui adanya bagian kenaikan saldo laba yang ditahan pada perusahaan anak. Oleh karena telah terjadi perubahan hak pemilikan saham, maka hal ini juga mempengaruhi cara-cara menentukan bagian atas kenaikan saldo laba yang ditahan tersebut. Penentuan bagian atas kenaikan laba yang ditahan itu harus memperhatikan jumlah relative pemilikan saham dalam periode akuntasi yang bersangkutan.
            Dengan bertitik tolak pada ketentuan tersebut “kenaikan saldo laba yang ditahan, untuk PT Citra (perusahaan induk)” di dalam neraca konsolidasi yang disusun pada tanggal 31 desembe 2011, dihitung sebagai berikut :
Saldo laba yang ditahan (PT Borneo, 1 juli 2011)                     11.250.000
Saldo, pada tanggal 1 Jan 2010 (pada saat pembelian saham tahap pertama)  3.750.000
Kenaikan, periode 1 Jan 2010 – 1 Juli 2011                               7.500.000
Hak pemilikan saham dlm periode 1 Jan 2010 – 1 Juli 2011              75%
Kenaikan saldo laba yang ditahan untuk PT Citra sejak 1 Jan 2010-1 Juli 2011                                                                                                    5.625.000
Saldo laba ditahan, 31-12-2011                                               12.500.000
Saldo pada tanggal 1 Juli 2011                                               11.250.000
Kenaikan periode 1/7 sampai dengan 31/12/2011                    1.250.000
Hak pemilikan saham, periode 1 juli – 31 Des 2011                           80%
Kenaikan saldo laba yg ditahan, untuk PT Citra periode 1 Juli – 31 des 2011                                                                                            1.000.000
Jumlah kenaikan saldo laba yg ditahan, untuk PT Citra sejak 1 Jan 2010-31 Jul 2011                                                                                         6.625.000

Adapun bentuk, daftar lajur penyusunan neraca konsolidasi pada tanggal 31 Desember 2011, menurut metode harga perolehan Nampak sebagai berikut :



PT Citra dan Perusahaan Anaknya (PT Borneo)
Daftar lajur penyusunan Neraca Konsolidasi
Per 31 Desember 2011
Metode harga perolehan
Rekening-rekening neraca
PT Citra
PT Borneo
Eliminasi
Neraca konsolidasi
D
K
D
K
Debit :
Investasi saham-saham, PT Borneo…
Eliminasi 80% modal saham…..
Eliminasi 75% saldo laba yang ditahan, 1/1/10 sebesar Rp 3.750.000….
Eliminasi 5% saldo laba yang ditahan, 1/7/11 sebesar Rp 11.250.000…
Selisih lebih harga perolehan diatas nilai buku saham………..
Macam-macam aktiva


Kredit:
Macam-macam hutang….
Modal saham, PT Citra….
Laba yang ditahan, PT Citra..
Modal saham, PT Borneo….
Eliminasi 80%....
Hak pem.saham minoritas 20%.
Laba yang ditahan, PT Borneo.
Eliminasi 80% seperti diatas..
Hak pem. Saham minoritas 20%
Kenaikan saldo laba yang ditahan untuk perusahaan induk……


24.375.000

-


-


-

-
50.625.000
75.000.000



26.500.000
25.000.000
23.500.000
-
-
-
-
-
-


-


-

-


-


-

-
50.000.000
50.000.000



17.500.000
-
-
25.000.000
-
-
12.500.000
-
-


-


-

-


-


-

-
-




-
-
-
-
20.000.000
-
-
3.375.000
-


-


-

20.000.000


2.812.500


562.500

-
-




-
-
-
-
-
-
-
-
-


-


-

-


-


-

1.000.000
100.625.000




-
-
-
-
-
-
-
-
-


-


-

-


-


-

-
-




39.000.000
25.000.000
23.500.000
-
-
5.000.000
-
-
2.500.000


6.625.000
75.000.000
50.000.000
23.375.000
23.375.000
101.625.000
101.625.000

1.2.2. Perlakuan akuntansi untuk pembelian dan penjualan kembali sebagian dari saham perusahaan anak, yang dimiliki oleh    perusahaan induk.
                Meskipun tujuan pemilikan saham-saham pada perusahaan anak tidak untuk diperjualbelikan, akan tetapi dalam keadaan tertentu perusahaan induk dapat menjual kembali sebagian dari saham-saham perusahaan anak yang telah dimilikinya. Apabila hal ini terjadi, berarti akan mengurangi tidak saja hak pemilikannya pada perusahaan anak melainkan juga nilai investasinya. Pengaruh berkurangnya hak pemilikan dapat segera ditentukan dengan mudah karena berhubungan dengan jumlah lembar saham-sahamnya, sehingga tidak menimbulkan banyak masalah didalam penyusunan neraca konsolidasi selanjutnya, setelah terjadinya penjualan saham-saham tersebut.
Akan tetapi tidak demikian halnya dengan berkurangnya nilai investasi, khususnya apabila saham-saham perusahaan anak itu semula diperoleh melalui beberapa tahap pembelian dan dengan harga (perolehan) yang berbeda-beda.

Contoh soal :
PT Dani memiliki 400 lembar saham-saham PT wijaya, yang dibeli pada tanggal 1 Januari 2010 dengan harga @ Rp 70.000 per lembar. Berhubung sesuatu hal pada tanggal 1 Juli 2011, 50 lembar saham diantaranya dijual kembali dengan harga @Rp 80.000. pada waktu itu masing-masing perusahaan mempunyai modal saham yang beredar sebanyak 500 lembar, dengan nilai nominal @Rp 500.000 per lembar. Berikut ini data mengenai saldo laba yang ditahan pada tanggal 31 Desember 2009, laba (rugi) usaha dan pembagian deviden selama 2 tahun berturut-turut dari masing-masing perusahaan.

Perubahan laba yg ditahan
PT Dani
PT Wijaya
Laba yg ditahan, 31 Desember 2009
Pembagian deviden tahun 2010
Laba usaha tahun 2010
Pembagian deviden tahun 2011
Laba usaha tahun 2011
Rp 36.250.000
-
Rp   7.500.000
-
Rp  8.750.000
Rp 12.500.000
Rp   2.500.000
Rp   5.000.000
Rp   2.500.000
Rp   5.000.000

Dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada saldo laba yang ditahan dan penjualan 50 lembar saham PT Wijaya oleh PT Dani pada tanggal 1 Juli 2011 tersebut, akan mempengaruhi saldo rekening investasi saham dan saldo laba yang ditahan pada buku-buku PT Dani sejak terjadinya pemilikan saham sampai dengan akhir tahun buku 2011, seperti diikhtisarkan pada tabel berikut :


Keterangan
Metode harga perolehan
Investasi saham
Laba yg ditahan
31 Desember 2009 :
Saldo
1 Januari 2010 :
Beli 400 lembar saham @Rp 70.000
Desember 2010 :
Pemabagian deviden, PT Wijaya Rp 2.500.000

31 Desember 2010 :
Laba usaha
PT Dani Rp 7.500.000
PT Wijaya Rp 5.000.000

1 Juli 2011 :
-       Harga perolehan saham =
50 x Rp 70.000…..
-       Nilai buku saham =
50 x 75.000…..

Desember 2011 :
Pembagian deviden PT Wijaya Rp 2.500.000

31 Desember 2011: laba usaha :
-       PT Dani Rp 8.750.000
-       PT Wijaya Rp 5.000.000
Saldo per 31 Desember 2011

-


28.000.000


-
28.000.000


-
-
28.000.000


  (3.500.000)

-
24.500.000


-
24.500.000

-
-
24.500.000

36.250.000


-


  2.000.000
38.250.000


  7.500.000
-
45.750.000


    500.000

-
46.250.000


  1.750.000
48.000.000

  8.750.000
-
56.750.000

·         Metode harga perolehan
Apabila metode harga perolehan dipakai maka perubahan yang terjadi pada saldo rekening investasi saham hanya terbatas pada pengurangan sebesar harga perolehan dari 50 lembar saham yang dijual pada tanggal 1 juli 2011, yaitu sebesar Rp 3.500.000 (50 x Rp 70.000). penjualan saham-saham PT wijaya ini mengakibatkan terjadinya laba (penjualan saham) sebesar Rp 500.000 yaitu selisih antara harga penjualan sebesar Rp 4.000.000 (50 x 80.000) dikurangi dengan harga perolehannya sebesar Rp 3.500.000. transaksi ini oleh PT Dani dicatat dalam buku jurnal sebagai berikut.
Kas (piutang)                                                               4.000.000
               Investasi saham-saham, PT Wijaya                              3.500.000
               Laba penjualan saham, PT Wijaya                                   500.000
Sedang terhadap deviden yang dibagikan oleh PT Wijaya mempunyai pengaruh terhadap saldo laba yang ditahan, PT Dani sesuai dengan deviden yang diterima pada saat deviden dibagikan.
Dalam hal ini sebesar Rp 2.000.000 (80% x Rp 2.500.000) pada bulan Desember 2010 dan sebesar Rp 1.750.000 (70% x 2.500.000) pada bulan desember 2011. Apabila pada tanggal 31 Desember 2011 disusun neraca konsolidasi, maka eliminasi terhadap modal saham PT Wijaya didasarkan pada besarnya pemilikan saham pada tanggal neraca (dalam hal ini 70%). Sedang eliminasi terhadap saldo laba yang ditahan dilakukan sesuai dengan pemilikan saham pada tanggal neraca dan atas dasar saldo pada saat terjadi pemilikan saham-saham (dalam hal ini pada tanggal 1 Januari 2010). Bagian atas kenaikan saldo laba yang ditahan pada PT Wijaya selama pemilikan dihitung sesuai dengan hak pemilikan terakhir (pada tanggal neraca), yaitu sebesar Rp 3.500.000 (70% x (17.500.000 – 12.500.000). Meskipun ada perubahan terhadap hak pemilikan relatif saham-saham perusahaan anak, yaitu selama satu setengah tahun pertama (1 Januari 2010 sampai dengna 1 Juli 2011) PT Dani mempunyai hak pemilikan 80% dan setengah tahun berikutnya (1 Juli 2011 sampai dengan 31 Desember 2011) mempunyai hak pemilikan sebesar 70% dari jumlah saham yang beredar. Bagian atas kenaikan saldo laba yang ditahan untuk 10% hak pemilikan selama satu setengah tahun (1 Januari 2010 sampai dengan 1 Juli 2011) telah direalisasikan sebagai laba penjualan atas saham-saham yang bersangkutan pada tanggal 1 Juli 2011. Laba penjualan saham tersebut merupakan gabungan dari (bagian atas) kenaikan saldo laba yang ditahan selama pemilikan dan laba (rugi) yang disebabkan oleh perubahan kurs saham yang bersangkutan. Adapun bentuk daftar lajur penyusunan neraca konsolidasi pada tanggal 31 Desember 2011, apabila metode harga perolehan dipakai akan tampak sebagai berikut.
PT Dani dan perusahaan anaknya (PT Wijaya)
Dafta Neraca Konsolidasi
Per 31 Desember 2011
Metode Harga Perolehan
Rekening-rekening Neraca
PT Dani
PT Wijaya
Eliminasi
Neraca Konsolidasi
D
K
D
K
Debit:
Investasi saham-saham PT Wijaya
Eliminasi 70% modal saham
Eliminasi 70% saldo laba yg ditahan, 1-1-2010
Selisih lebih harga perolehan diatas nilai buku
Aktiva lain-lain


Kredit:
Macam-macam hutang
Modal saham, PT Dani
Laba yg ditahan, PT Dani
Modal saham PT Wijaya
Eliminasi 70%
Hak pem saham   minoritas 30%
Laba yg ditahan, PT Wijaya
Eliminasi 70%, sperti diatas
hak pem saham   minoritas 30%
Kenaikan saldo laba yg ditahan untuk PT Dani (70% x (17.500.000-12.500.000))


24.500.000
-

-

-
75.500.000
100.000.000


18.250.000
25.000.000
56.750.000
-
-
-
-
-
-


-


-
-

-

-
50.000.000
50.000.000


7.500.000
-
-
25.000.000
-
-
 17.500.000
-
-


-


-
-

-

-
-



-
-
-
-
17.500.000
-
-
8.750.000
-


-


-
17.500.000

8.750.000

-
-



-
-
-
-
-
-
-
-
-


-


-
-

-

-
125.500.000



-
-
-
-
-
-
-
-
-


-


-
-

-

1.750.000
-



25.750.000
25.000.000
56.250.000
-
-
7.500.000
-
-
5.250.000


3.500.000
100.000.000
50.000.000
26.250.000
26.250.000
125.500.000
125.500.000

1.2.3.   Perlakuan akuntansi untuk emisi saham dan penarikan   kembali saham-saham perusahaan anak yang mempengaruhi hak pemilikan perusahaan induk.
Hak pemilikan saham oleh perusahaan induk pada perusahaan anak bisa berubah-ubah, tidak saja di sebabkan oleh transaksi pembelian dan penjualan saham-saham yang bersangkutan oleh perusahaan induk melainkan juga transaksi modal ( saham ) yang terjadi pada perusahaan anak sendiri.
Transaksi-transaksi modal (saham) pada perusahaan anak akan mempengaruhi secara tidak langsung pada bagian pemilikan perusahaan induk. Pengeluaran saham-saham baru (emisi saham) oleh perusahaan anak misalnya, akan mengakibatkan berkurangnya hak-hak pemilikan perusahaan induk, apabila atas emisi saham tersebut perusahaan induk tidak berhasil memperoleh/memiliki saham-saham yang baru tersebut sama dengan prosentase pemilikannya semula.
Dilain pihak penarikan kembali (pelunasan) sebagian modal saham oleh perusahaan anak pada pemegang saham minoritas akan berakibat kenaikan terhadap prosentase pemilikan saham bagi perusahaan induk. Perubahan hak-hak pemilikan yang disebabkan oleh terjadinya perubahan pada struktur permodalan perusahaan anak, memerlukan perhatian dan analisa khusus dalam rangka penyusunan neraca konsolidasi. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih riil mengenai masalah ini, berikut akan diberikan contoh sebagai berikut.
Contoh soal :
PT Citra membeli 450 lembar saham-saham PT Borneo pada tanggal 1 Januari 2010, dengan harga @ Rp 60.000 per lembar.
Berikut ini struktur permodalan dari masing-masing perusahaan pada tanggal 31 Desember 2009, beserta perubahan-perubahan yang telah terjadi selama 2 tahun berturut-turut :
Keterangan
PT Citra
PT Borneo
Modal saham, 500 lembar nominal @Rp 50.000/lembar
Laba yg ditahan, 31 Desember 2009
Laba usaha, tahun 2010
Pembagian deviden, desember 2011
Laba usaha, tahun 2011

Rp 25.000.000
Rp 37.500.000
Rp 10.000.000
Rp  5.000.000
Rp 11.250.000

Rp 25.000.000
Rp   2.250.000
Rp   3.750.000
Rp   3.750.000
Rp   5.000.000

Pada tanggal 1 januari 2011 PT Borneo menjual saham baru sebanyak 100 lembar dengan harga @ Rp 75.000. dengan adanya penjualan 100 lembar saham baru oleh PT Borneo tersebut pada tanggal 1 Januari 2011, maka hak pemilikan saham-saham PT Citra yang dalam tahun 2010 sebesar 90%(450/500 x 100%) akan turun menjadi sebesar 75% (450/600 x 100%) dalam tahun, 2011. Oleh PT Borneo transaksi penjualan 100 lembar saham tersebut dicatat sebagai berikut:
Kas (piutang pemegang saham)               Rp 7.500.000
          Modal saham                                                        Rp 5.500.000
          Agio saham                                                           Rp 2.500.000

Oleh sebab itu struktur permodalan PT Borneo pada tahun 2011, akan menjadi sebagai berikut:
Modal saham, 600 lembar nominal x Rp 50.000                 Rp 30.000.000
Agio saham                                                                          Rp  2.500.000
Laba yg ditahan                                                                   Rp  6.250.000
Adapun pengaruh perubahan struktur permodalan PT Borneo tersebut pada rekening investasi saham dan laba yang ditahan pada buku-buku PT Citra, akan tampak seperti pada tabel yang berikut ini :

Keterangan
Metode harga perolehan
Investasi saham
Laba yg ditahan
31 Desember 2009 :
Saldo
1 Januari 2010 :
Beli 450 lembar saham @Rp 60.000

31 Desember 2010 : Laba usaha
PT Citra Rp 10.000.000
PT Borneo Rp 3.750.000

1 Januari 2011 :
Penyesuaian atas hak pemilikan pada PT Borneo, sebagai akibat penjualan 100lbr saham baru

Desember 2011 : Pembagian deviden
PT Citra Rp 5.000.000
PT Borneo Rp 3.750.000


31 Desember 2011: laba usaha :
-       PT Citra Rp 11.250.000
-       PT Borneo Rp 5.000.000
Saldo per 31 Desember 2011

-


27.000.000
27.000.000

-
-
27.000.000



  -
27.000.000


-
-
27.000.000

-
-
27.000.000

37.500.000


-
37.500.000

10.000.000
-
47.500.000



-
47.500.000


(5.000.000)
  2.812.500
45.312.500

11.250.000
-
56.562.500

·         











Metode harga perolehan
                Apabila metode harga perolehan dipakai, maka perubahan struktur permodalan pada PT Borneo khususnya yang disebabkan oleh penjualan saham-saham baru (emisi saham) tidak mempunyai pengaruh apapun terhadap harga perolehan saham-saham pada buku PT Citra. Oleh karenanya tidak ada pencatatan ataupun perlakuan khusus terhadap rekening investasi saham. Pengaruh adanya penjualan saham-saham baru terbatas hanya terhadap bagian atas deviden yang dibagikan oleh PT Borneo. Apabila dalam tahun 2010 misalnya, PT Borneo membagikan deviden, maka PT Citra akan memperoleh 90% dari seluruh deviden yang dibagi. Tetapi terhadap deviden yang dibagikan dalam tahun 2011, sesuai dengan hak pemilikannya sahamnya PT Citra akan menerima hanya sebesar 75% dari jumlah deviden yang dibagikan.
            Pada metode harga perolehan adanya penjualan saham-saham baru tersebut, akan mempengaruhi penyusunan neraca konsolidasi untuk akhir periode-periode setelah terjadinya penjualan saham-saham baru. Pada metode ini eliminasi terhadap hak-hak pemilikan saham tetap bertitik tolak dari posisi pada saat terjadinya pemilikan saham-saham yang bersangkutan.
            Dengan adanya penjualan saham-saham baru, kenaikan hak-hak para pemegang saham PT Borneo tidak saja disebabkan oleh adanya sagian laba yang belum dibagikan, melainkan juga adanya (kenaikan) agio saham. Oleh sebab itu kenaikan hak penyertaan bagi perusahaan induk harus pula diakui, tidak hanya sebesar laba yang belum dibagi akan tetapi juga terhadap kenaikan pada elemen-elemen hak para pemegang saham lainnya. Kenaikan hak penyertaan ini selain disebabkan adanya tambahan pemilikan saham (baru), pada metode harga perolehan harus dilaporkan di dalam neraca yang dikonsolidasi sebagai “kenaikan saldo laba yang ditahan untuk perusahaan Induk”. Dengan demikian jika pada tanggal 31 Desember 2011 disusun neraca konsolidasi, bentuk daftar lajur penyusunan neraca konsolidasi menurut metode harga perolehan akan tampak sebagai berikut :
PT Citra dan perusahaan anaknya (PT Borneo)
Daftar Neraca Konsolidasi
Per 31 Desember 2011
Metode Harga Perolehan
Rekening-rekening Neraca
PT Citra
PT Borneo
Eliminasi
Neraca Konsolidasi
D
K
D
K
Debit:
Investasi saham-saham PT Borneo
Eliminasi 90% modal saham, 1 Jan 2010
Eliminasi 90% saldo laba yg ditahan 1 Jan 2010
Selisih lebih harga perolehan diatas nilai buku saham
Aktiva lain-lain


Kredit:
Macam-macam   hutang
Modal saham, PT Citra
Laba yg ditahan, PT Citra
Modal saham PT Borneo
Eliminasi 90%
Hak pem saham minoritas 25%
Agio modal saham
Hak pem. Saham minoritas 25%
Kenaikan saldo LYD, untuk PT Citra
Laba yg ditahan, PT Citra
Eliminasi 25%
Hak pem. Saham minoritas 25%
Kenaikan saldo LYD, untuk PT Citra


27.000.000

-

-

-
73.000.000
100.000.000


18.437.500
25.000.000
56.562.500
-
-
-
-
-

-
-
-
-

-


-

-

-

-
50.000.000
50.000.000


10.000.000
-
-
30.000.000
-
-
2.500.000
-

-
7.500.000
-
-

-


-

-

-

-
-




-
-
-
22.500.000
-
-
-

-
-
2.250.000
-

-


-

22.500.000

2.250.000

-
-




-
-
-
-
-
-
-

-
-
-
-

-


-

-

-

    2.250.000
123.000.000



-
-
-
-
-
-
-
-

-
-
-
-

-


-

-

-

-
-



28.437.500
25.000.000
56.562.500
-
-
7.500.000
-
625.000

1.875.000
-
-
1.875.000

3.375.000
100.000.000
50.000.000
24.750.000
24.750.000
125.250.000
125.250.000

1.2.4. Perlakuan akuntansi transaksi lainnya yang mempengaruhi         perubahan hak pemilikan.
                Transaksi-transaksi saham yang ditarik dari peredaran (treasury stock) pada perusahaan anak.
            Perusahaan menarik kembali dari peredaran terhadap modal sahamnya, akan tetapi tidak dimaksudkan sebagai pelunasan melainkan untuk dijual kembali.  Saham-saham yang ditarik dari peredaran biasanya dicatat sesuai dengan harga perolehannya (harga belinya). Apabila perusahaan induk membeli sebagian besar saham-saham perusahaan anak, dan ada sebagian saham perusahaan anak yang ditarik dari peredaran, maka hak pemilikan perusahaan induk dihitung berdasar atas jumlah saham yang beredar.
            Didalam neraca (konsolidasi) saham yang ditarik dari peredaran dianggap sebagai modal saham yang dilunasi, sehingga sebesar harga perolehannya harus dikurangkan dari saldo hak-hak para pemegang saham. Pengurangan dari saldo hak-hak para pemegang saham harus memperhatikan harga(kurs) pada saat mula-mula saham itu dikeluarkan.
            Ini diperlukan agar integritas dari hak-hak para pemegang saham dapat dipertahankan. Apabila penarikan kembali modal saham yang beredar dianggap sebagai pelunasan, maka selisih lebih harga pelunasan diatas nilai nominal (nilai yang ditetapkan) dan agio saham harus dikurangkan dari saldo laba. Yang ditahan seakan-akan sebagai deviden likuidasi sebaliknya apabila harga pelunasan dibawah nilai nominal(nilai yang ditetapkan)  dan agio sahamnya, maka diperlukan untuk menghapuskan seluruh jumlah agio saham dan memindahkan sebesar selisihnya pada rekening (elemen) hak hak para pemegang saham yang lain sebagai modal yang disetor berasal dari pelunasan kembali modal saham.
Contoh soal :
PT Karya bakti membeli 400 lembar saham-saham PT Karya sakti, pada tanggal 1 Januari 2011 dengan harga @ Rp 75.000 per lembar. Berikut ini posisi hak-hak para pemegang saham dari kedua perusahaan tersebut pada tanggal 1 Januari 2011



Keterangan
PT Karya Bakti
PT Karya Sakti
Modal saham, 500 lbr nominal @ Rp 50.000
Agio saham
Laba yg ditahan
Jumlah
Dikurangi:
Saham ditarik dari peredaran, 50lbr
Jumlah hak-hak pemegang saham

Rp 25.000.000
-
Rp 20.000.000
Rp 45.000.000

-
45.000.000

Rp 25.000.000
Rp   2.500.000
Rp   7.000.000
Rp 34.500.000

(Rp 3.000.000)
Rp 31.500.000

Beberapa perubahan yang telah terjadi terhadap hak-hak para pemegang saham selama dua tahun berturut-turut dari kedua perusahaan tersebut adalah sebagai berikut :
Keterangan
PT Karya bakti
PT Karya sakti
Bulan Desember 2011 : pembagian deviden
Laba usaha, tahun buku 2011
1 Januari 2012, penjualan kembali saham yg ditarik sebanyak 50 lembar @Rp 97.500.000 per lembar
Bulan desember 2012, pembagian deviden
Laba usaha, tahun buku 2012
Rp  5.000.000
Rp.  6.250.000


-
Rp  5.000.000
Rp 8.750.000
Rp  2.250.000
Rp  3.375.000


Rp  4.875.000
Rp  2.500.000
Rp  6.875.000

Apabila setelah terjadi transaksi pembelian 400 lembar saham-saham PT karya sakti pada tanggal 1 Januari 2011, disusun neraca konsolidasi, maka harus ditentukan terlebih dahulu komposisi hak-hak para pemegang saham PT Karya Sakti tersebut dengan cara mengurangkan harga perolehan saham yang ditarik dari peredaran itu dari masing-masing elemen hak-hak pemegang saham sebagai berikut:
Keterangan
Modal saham
Agio saham
Laba yg ditahan
jumlah
Saldo sebelum dikurangi saham yg ditarik dari peredaran (500 lembar saham)…
Dikurangi, saham yg ditarik   dari peredaran, 50 lembar…
Jumlah hak para pemegang saham setelah dikurangi saham yang ditarik dari perdaran (450 lembar saham)….


25.000.000

(2.500.000)



22.500.000


2.500.000

(250.000)



2.250.000


7.000.000

(250.000)



6.750.000


34.500.000

(3.000.000)



31.500.000

Terhadap hak-hak pemilikan perusahaan induk di dalam neraca yang dikonsolidasi dilakukan dengan jurnal sebagai berikut:
Modal saham PT Karya Sakti                                           Rp 20.000.000
Agio saham                                                                       Rp   2.000.000
L yg ditahan                                                                      Rp   6.000.000
Selisih lebih harga perolehan diatas nilai buku saham Rp   2.000.000
Investasi saham-saham, PT Karya Sakti                          Rp 30.000.000

Adapun bentuk daftar lajur penyusunan neraca konsolidasi pada tanggal 1 Januari 2011 adalah sebagai berikut



PT Karya Bakti dan perusahaan anaknya (PT Karya Sakti)
Daftar Neraca Konsolidasi
Per 1 Desember 2011

Rekening-rekening Neraca
PT KB
PT KS
Eliminasi
Neraca Konsolidasi
D
K
D
K
Debit:
Investasi saham-saham PT Karya Sakti
Eliminasi modal saham
Eliminasi agio saham
Eliminasi laba yg ditahan
Selisih lebih harga perolehan diatas nilai buku saham
Aktiva lain-lain


Kredit:
Macam-macam   hutang
Modal saham, PT KB
Laba yg ditahan, PT KB
Modal saham PT KS
Eliminasi seperti diatas
Hak pem saham minoritas
Agio saham PT KS
Eliminasi seperti diatas
Hak pem saham minoritas
Laba yg ditahan, PT KS
Eliminasi seperti diatas
hak pem saham minoritas


30.000.000
-
-
-

-
70.000.000
100.000.000


55.000.000
25.000.000
20.000.000
-
-
-
-
-
-
-
-
-


-
-
-
-

-
50.000.000
50.000.000


18.500.000
-
-
22.500.000
-
-
2.250.000
-
-
6.750.000
-
-


-
-
-
-

-
-



-
-
-
-
20.000.000
-
-
2.000.000
-
-
6.000.000
-


-
20.000.000
  2.000.000
  6.000.000

-
-



-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-


-
-

-

2.000.000
120.000.000



-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-


-
-

-

-
-



73.500.000
25.000.000
20.000.000
-
-
2.500.000
-
-
250.000
-
-
750.000
100.000.000
50.000.000
28.000.000
28.000.000
122.000.000
122.000.000




 

Rahmah Fajriyah Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea